Thursday 17 May 2012

Strategi Menghadapi Krisis Energi Nasional

 Muhammad Subekti
Peneliti Badan Tenaga Atom Nasional (Batan)

Hingga saat ini Indonesia masih menghadapi krisis energi. Setiap tahun pasokan energi listrik tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Akibat yang dirasakan, di banyak tempat pemadaman bergilir terus terjadi.
Hingga saat ini Indonesia masih menghadapi krisis energi. Setiap tahun pasokan energi listrik tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal itu kontradiksi dengan kebijakan pemerintah yang masih mengekspor sumber energi gas dan batu bara. Permintaan energi listrik tumbuh sekitar 6,8% per tahun, untuk memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga penduduk Indonesia yang tumbuh lebih dari 1%.

Data Badan Pusat Statistik menunjukkan jumlah penduduk Indonesia adalah 119,2 juta jiwa (pada 1971), 147,5 juta jiwa (1980), 179,4 juta jiwa (1990), dan 206,2 juta jiwa (2000), dan pada tahun ini sudah mencapai 238 juta jiwa. Pada garis tren yang sama, jumlah penduduk Indonesia bisa mencapai 285 juta jiwa pada 2025 dan 360 juta jiwa pada 2050.

Di sisi lain, PLN juga berusaha meningkatkan rasio elektrifikasi dari 65% pada 2010 menjadi mendekati 100% pada 2045. Peningkatan rasio elektrifikasi tersebut harus dilakukan melalui sambungan baru pelanggan PLN dan pemanfaatan energi setempat untuk daerah terpencil.

Kebutuhan kapasitas pembangkit listrik 2010 dengan estimasi terbaik adalah 34 Gwe akan meningkat terus menjadi 94 Gwe pada 2025 dan 409 Gwe pada 2050. Estimasi pesimistis mereduksi kebutuhan kapasitas pembangkit listrik menjadi 71 Gwe pada 2025 dan 239 Gwe pada 2050, berdasarkan pertumbuhan energi nasional 5%.

Ketersediaan energi fosil
Masalah lain yang dihadapi Indonesia adalah produksi minyak bumi kita cenderung menurun sehingga Indonesia sudah menjadi negara pengimpor minyak terutama untuk memenuhi kebutuhan transportasi. Harga minyak bumi untuk pembangkit listrik sangat mahal dan cenderung naik. Bahkan setiap saat itu bisa meroket karena cadangan Indonesia dan dunia terus berkurang. Minyak bumi Indonesia diperkirakan akan habis sebelum 2025. Kementerian ESDM berusaha memperlambat laju penurunan produksi minyak bumi pada 2011 dari 12% menjadi 3% dengan optimalisasi lapangan yang ada dan pengembangan lapangan baru. Indonesia masih beruntung memiliki sumber energi lain, yaitu gas dan batu bara. Cadangan batu bara saat ini sebesar 19,3 miliar ton dengan target produksi 2010 adalah 320 juta ton. Apabila produksi batu bara stabil dan cadangan baru batu bara lapisan dalam sulit diambil, umur produksi batu bara hanya 60,3 tahun.

Umur produksi gas alam juga tidak jauh dari batu bara, yaitu 59 tahun berdasarkan status 2008 mencapai 170 tscf (trillion standard cubic feed – satuan volume gas) dan produksi per tahun mencapai 2,87 tscf. Meskipun ditemukan cadangan baru, produksi puncak minyak bumi dan gas tidak bisa ditingkatkan setelah 2010. Bahkan kecenderungannya akan menurun sampai habis. Bila produksi batu bara ditingkatkan untuk menggantikan sumber energi minyak bumi dan gas, puncak produksi diperkirakan terjadi sebelum 2040. Kemudian produksi akan menurun 6%-10% per tahun sampai habis pada 2080.

Energi nuklir dan energi terbarukan


Setelah melihat estimasi baik permintaan terbaik maupun pesimistis dan ketersediaan sumber energi fosil, peningkatan kebutuhan energi listrik nasional akan bisa diatasi sampai 2025.

Setelah itu, tantangan lebih berat akan datang pada saat kondisi buruk produksi batu bara tidak bisa naik dan malah berkurang. Untuk mengatasi hal ini, jauh sebelum kondisi buruk terjadi, pemerintah perlu melakukan penelitian, pengembangan, dan demonstrasi (PPD) energi nuklir dan energi terbarukan (ET). Pasalnya pada masa mendatang diperlukan pembangkit listrik ET dalam jumlah besar sehingga strategi PPD perlu segera dipastikan untuk mengatasi masalah ketersediaan energi listrik nasional dalam mendukung usaha peningkatan perekonomian nasional. Polemik energi nuklir memerlukan waktu yang panjang untuk diselesaikan sehingga target operasi PLTN bisa diundur sampai 2025-2030. PPD energi terbarukan perlu segera direalisasikan terutama sumber energi geotermal, matahari, dan bayu. Target kebutuhan kapasitas energi listrik 2025 akan lebih mudah dipenuhi daripada 2050.

Meskipun sumber energi geotermal, matahari, dan bayu dikembangkan secara maskimal, total kapasitas ketiga energi tersebut ditambah sumber energi air dan energi hanya bisa mencapai sekitar 80 Gwe. Padahal estimasi terbaik sumber energi batu bara dan gas hanya sekitar 80 Gwe. Artinya hampir sama sehingga total kapasitas menjadi 160 Gwe pada 2050. Estimasi terbaik ini belum bisa memenuhi estimasi terburuk permintaan kapasitas energi listrik nasional sehingga diperlukan sumber energi nuklir sebesar paling tidak 40 Gwe. Kebutuhan kapasitas PLTN total 40 Gwe sulit direalisasikan selama polemik energi nuklir belum selesai. Bangsa ini memerlukan gotong royong semua energi yang dimiliki, untuk mewujudkan peningkatan perekonomian nasinal secara terus-menerus, paling tidak sampai 2050.

(Media Indonesia, 4 Agustus 2010/ humasristek)

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More